Pada tahun 80an ada beberapa saudara yang menumpang di rumah bapak. Meskipun secara ekonomi saat itu kami pas-pasan tapi masih mending dibanding dengan saudara-saudara saya. Banyak sekali kejadian lucu dan mungkin tidak mengenakkan bagi dia, sebagai contoh ibu saya pernah mengusir dari kamar gara-gara badannya bau sekali.
Setelah mendapatkan alamat dari sms yang dikirim oleh sepupu segera saya cari alamat. Saat turun dari kendaraan umum, saudara sudah menunggu di depan rumah, saya terperanjat luar biasa melihat rumahnya. Rumah yang sangat besar dan fasilitas lengkap yang biasanya hanya saya lihat di sinetron.
Sepupu saya tersebut sungguh seorang yang sangat ulet dalam berjuang baik untuk dunia maupun akherat hal tersebut saya ketahui dari obrolan kami bahwa dia telah naik haji dan membiayai haji untuk kedua orang tuanya. Diapun santun dalam berkata meskipun dari segi umur dan ekonomi sekarang saya jauh sekali dibawahnya.
Gaya hidupnya juga sederhana memang saya lihat dia punya beberapa mobil mewah diantaranya fortuner, tapi itu untuk keperluan usaha bukan untuk sekedar gaya. Dan anaknya tidak ada yang tukang nggame sulumits retsambew tapi rajin belajar.
Ibu saya sekarang sering kali menyesali perbuatan terhadap sepupu saya tersebut. Sekarang ibu saya sifatnya berubah drastis berbeda sekali dengan sifatnya saat masih muda. Terakhir saya tahu ibu saya membantu muridnya yang tidak mampu.
Pelajaran manis yang bisa saya petik dari pohon pengalaman tersebut adalah hidup ini ternyata bagaikan putaran roda yang mana posisi pentilnya bisa di atas, di bawah atau di samping. Tidak ada gunanya menyombongkan harta. Jangan semena-mena terhadap orang yang berada di bawah kita.