Ads

Senin, 04 Mei 2009

Yang tersisa dari Hardiknas

Sebenarnya tulisan ini rencananya akan saya publish 2 Mei bertepatan dengan hari pendidikan nasional. Tapi berhubung sedang sibuk maka baru sekarang mempunyai kesempatan untuk mempublish. Seperti diketahui bersama bahwa peringatan Hardiknas 2009 bertajuk Pendidikan Sains, Teknologi, dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya saing Bangsa. Tema yang bagus sekali menurut saya, sampai saya nggak mudeng maksudnya. Saya tidak akan membahas tema tersebut karena bahasa langit yang tidak saya pahami.

Saya hanya akan menyoroti tentang keadilan di dunia pendidikan. Sudahkah tercipta keadilan? silahkan sampeyan jawab sendiri. Setahu saya sekolah favorit saat ini hanya untuk orang-orang yang mampu secara finansial. Masak saya nanya-nanya biaya masuk sebuah sd favorit harus membayar sampai belasan juta rupiah. Lha memang saya bisa ngeprint uang hehehe. Sudahlah itu hanya tulisan orang yang nggak punya duit, sampeyan jangan terpengaruh. Di samping rajin beribadah tujuan hidup saya sekarang tidak muluk-muluk hanya menginginkan pendidikan terbaik untuk anak saya.

Kembali tentang hardiknas, saat saya menaiki mobil motor astrea grand tahun 1993 saya yang sudah menemani saya 16 tahun belakangan ini, dikejutkan oleh angkot yang behenti mendadak di depan saya. Memang di jalan tersebut ramai sekali dengan anak yang mencegat angkot. Yang bikin saya nggak habis pikir adalah begitu besar perjuangan anak-anak ini untuk meraih cita-cita. Berbeda dengan anak-anak yang hanya tukang nggame, tukang nggame dan tukang nggame. Baik itu ps atau console-console lainnya.

Ini foto anak-anak yang memiliki keinginan kuat untuk maju, bukan foto rani atau foto rhani atau rani juliani